menjemputku pertama kalinya di area taman kantorku. Kamu duduk di kursi taman dengan mengenakan kemeja yang dibalut jaket, memarkirkan motor matic hitam di sebelahmu dan wangi itu masih aku ingat sampai hari ini. Lalu kamupun tersenyum padaku masih dengan tulus. Iya.. Aku bisa melihat itu.

Hari demi hari yang aku jalani bersamamu penuh dengan kesederhanaan. Kesederhanaan yang bisa membuatku bahagia tanpa aku harus menjadi orang lain. Kamu pada akhirnya bisa membuatku jatuh cinta berkali-kali. Aku suka kamu yang bisa mengimbangi semua candaanku, aku suka caramu menyayangiku pada saat itu, kamu benar-benar membuatku menjadi wanita yang tidak pernah kekurangan perhatian sedikitpun.



Banyak hal yang ternyata kukagumi dari sosokmu yang baru ini. Kamu selalu berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik, entah itu dalam urusan pribadi ataupun karier. Kamu sudah berubah. Semesta seakan mendukung kita untuk merayakan semua kebahagiaan sederhana yang diciptakan ini. Bukan hanya itu, restu yang didapat dari keluarga kita menambah keyakinanku bahwa kita pasti bisa melangkah bersama di masa depan. Dan sejak hari itu aku memutuskan untuk menjadikanmu yang terakhir di hidupku.

Kamu tahu kan, bahwa di dunia ini tidak ada yang serta merta berjalan mulus. Semua ada rintangannya. Seperti ada kalanya kamu seringkali mengeluh padaku untuk bisa mendapatkan karier yang lebih dari saat itu, yang kamu bilang sama hebatnya seperti teman-temanmu, yang akan membuatmu, aku, dan keluargamu bangga. Yang bisa kulakukan hanyalah mendoakanmu, karena aku tahu kamu pasti bisa menjadi seperti mereka.

Sampai akhirnya semua doa-doa menggema di langit. Atas izin Tuhan, kamu melesat bagai anak panah yang menggebu mencapai impianmu saat itu. Dan aku adalah orang pertama selain ibumu, yang dengan bangga menyambutmu, lelakiku yang hebat ini. Walau aku tahu ini adalah hasil kerja kerasmu, tapi aku bahagia bisa mendampingimu dari kamu yang belum menjadi apa-apa sampai saat kamu sekarang mendaki puncak. Dan aku berharap selamanya akan tetap begitu.

***

Seiring waktu berlalu. Suatu hari, aku mendapati kamu yang begitu terlena akan nikmat dunia. Tiba-tiba saja kamu menjadi asing, tak jarang aku beradu pendapat denganmu, kamu menjadi tidak tenang ketika aku sedikit saja mengingatkanmu, dan yang paling menyedihkan adalah ketika waktu itu kamu pernah membiarkanku menangis tanpa kamu berlari mengejarku.

Padahal ini baru sebentar, tapi kamu sudah berubah, Sayang?

Dan tibalah hari paling buruk itu. Hari di mana kamu bilang kalau kamu sudah tidak lagi menyayangiku. Hari di mana kamu bilang kalau kebahagiaan kita sudah lewat. Kamu menyalahkan semuanya kepadaku yang aku sendiripun tidak tahu apa sebenarnya salahku. Dalam waktu semalam hidupku berubah. Lagi, aku dihancurkan seketika oleh laki-laki yang aku sayangi. Kamu meninggalkanku tanpa mengingat perjuangan kita saat memulainya..

Lihat apa yang kamu lakukan? Kamu melakukannya lagi padaku. Kenapa harus aku? Kenapa tidak orang lain saja?

***

Rupanya.. Kamu ingin bebas melakukan apa saja dengan sekarang yang sudah kamu miliki ya, termasuk mendapatkan hati wanita?

*sigh

Ingatkah kamu pernah mengatakan bahwa aku adalah wanitamu yang paling baik, paling setia, paling cantik, dan paling terbaik di antara siapapun yang pernah masuk di kehidupanmu? Semoga kamu ingat bahwa ucapan itu tidak dapat ditarik kembali sampai kapanpun.

Jika kamu membaca ini, aku hanya ingin bilang, "aku sekarang sudah jauh lebih baik-baik saja, buktinya aku sudah sanggup menulis ini, kan? Aku malah khawatir kamu yang tidak akan baik-baik saja. Karena aku hanya ada satu di dunia ini. Dan kamu tidak akan pernah menemukannya lagi.. "

Bagaimana pun aku tidak pernah menyesali ini. Ini sudah menjadi jalan hidup yang memang seharusnya aku lewatkan bersamamu, walau sebentar. Doakan saja aku bahagia dengan laki-laki yang baik, yang tidak akan pernah meninggalkanku karena dia mencintaiku dengan tulus, yang tidak sepertimu.

Tertanda,
Aku yang kamu tinggalkan.
Sumber: Larasati Neisia / Hipwee




Kembali...




UNTUKMU YANG KUDAMPINGI MENGGAPAI PUNCAK, LALU MENINGGALKANKU BEGITU SAJA....hal 2



menjemputku pertama kalinya di area taman kantorku. Kamu duduk di kursi taman dengan mengenakan kemeja yang dibalut jaket, memarkirkan motor matic hitam di sebelahmu dan wangi itu masih aku ingat sampai hari ini. Lalu kamupun tersenyum padaku masih dengan tulus. Iya.. Aku bisa melihat itu.

Hari demi hari yang aku jalani bersamamu penuh dengan kesederhanaan. Kesederhanaan yang bisa membuatku bahagia tanpa aku harus menjadi orang lain. Kamu pada akhirnya bisa membuatku jatuh cinta berkali-kali. Aku suka kamu yang bisa mengimbangi semua candaanku, aku suka caramu menyayangiku pada saat itu, kamu benar-benar membuatku menjadi wanita yang tidak pernah kekurangan perhatian sedikitpun.



Banyak hal yang ternyata kukagumi dari sosokmu yang baru ini. Kamu selalu berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik, entah itu dalam urusan pribadi ataupun karier. Kamu sudah berubah. Semesta seakan mendukung kita untuk merayakan semua kebahagiaan sederhana yang diciptakan ini. Bukan hanya itu, restu yang didapat dari keluarga kita menambah keyakinanku bahwa kita pasti bisa melangkah bersama di masa depan. Dan sejak hari itu aku memutuskan untuk menjadikanmu yang terakhir di hidupku.

Kamu tahu kan, bahwa di dunia ini tidak ada yang serta merta berjalan mulus. Semua ada rintangannya. Seperti ada kalanya kamu seringkali mengeluh padaku untuk bisa mendapatkan karier yang lebih dari saat itu, yang kamu bilang sama hebatnya seperti teman-temanmu, yang akan membuatmu, aku, dan keluargamu bangga. Yang bisa kulakukan hanyalah mendoakanmu, karena aku tahu kamu pasti bisa menjadi seperti mereka.

Sampai akhirnya semua doa-doa menggema di langit. Atas izin Tuhan, kamu melesat bagai anak panah yang menggebu mencapai impianmu saat itu. Dan aku adalah orang pertama selain ibumu, yang dengan bangga menyambutmu, lelakiku yang hebat ini. Walau aku tahu ini adalah hasil kerja kerasmu, tapi aku bahagia bisa mendampingimu dari kamu yang belum menjadi apa-apa sampai saat kamu sekarang mendaki puncak. Dan aku berharap selamanya akan tetap begitu.

***

Seiring waktu berlalu. Suatu hari, aku mendapati kamu yang begitu terlena akan nikmat dunia. Tiba-tiba saja kamu menjadi asing, tak jarang aku beradu pendapat denganmu, kamu menjadi tidak tenang ketika aku sedikit saja mengingatkanmu, dan yang paling menyedihkan adalah ketika waktu itu kamu pernah membiarkanku menangis tanpa kamu berlari mengejarku.

Padahal ini baru sebentar, tapi kamu sudah berubah, Sayang?

Dan tibalah hari paling buruk itu. Hari di mana kamu bilang kalau kamu sudah tidak lagi menyayangiku. Hari di mana kamu bilang kalau kebahagiaan kita sudah lewat. Kamu menyalahkan semuanya kepadaku yang aku sendiripun tidak tahu apa sebenarnya salahku. Dalam waktu semalam hidupku berubah. Lagi, aku dihancurkan seketika oleh laki-laki yang aku sayangi. Kamu meninggalkanku tanpa mengingat perjuangan kita saat memulainya..

Lihat apa yang kamu lakukan? Kamu melakukannya lagi padaku. Kenapa harus aku? Kenapa tidak orang lain saja?

***

Rupanya.. Kamu ingin bebas melakukan apa saja dengan sekarang yang sudah kamu miliki ya, termasuk mendapatkan hati wanita?

*sigh

Ingatkah kamu pernah mengatakan bahwa aku adalah wanitamu yang paling baik, paling setia, paling cantik, dan paling terbaik di antara siapapun yang pernah masuk di kehidupanmu? Semoga kamu ingat bahwa ucapan itu tidak dapat ditarik kembali sampai kapanpun.

Jika kamu membaca ini, aku hanya ingin bilang, "aku sekarang sudah jauh lebih baik-baik saja, buktinya aku sudah sanggup menulis ini, kan? Aku malah khawatir kamu yang tidak akan baik-baik saja. Karena aku hanya ada satu di dunia ini. Dan kamu tidak akan pernah menemukannya lagi.. "

Bagaimana pun aku tidak pernah menyesali ini. Ini sudah menjadi jalan hidup yang memang seharusnya aku lewatkan bersamamu, walau sebentar. Doakan saja aku bahagia dengan laki-laki yang baik, yang tidak akan pernah meninggalkanku karena dia mencintaiku dengan tulus, yang tidak sepertimu.

Tertanda,
Aku yang kamu tinggalkan.
Sumber: Larasati Neisia / Hipwee




Kembali...




No comments:

Post a Comment